BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
latar Belakang Masalah
Dewasa ini kita
sering menjumpai terdapat kata-kata yang kurang tepat, yang tidak sesuai dengan
situasi, konteks, dan kurang cocok
dengan kalimat, yang sering terdapat
pada artikel, koran, piusi, karangan-karangan, dan dalam percakapan sehari-hari. Selain itu
tidak sedikit ditemukan kalimat tidak gramatikal yang disebabkan oleh
penggunaan kata/pemilihan kata secara tidak tepat. Di dalam penyusunan kalimat
diperlukan kecermatan dalam memilih kata supaya kalimat yang dihasilkan
memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar. Jadi, kesalahan
ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan kata.
Untuk itu pemilihan kata merupakan suatu unsur yang
sangat pentig, baik dalam dunia karang mengarang maupun dalam dunia tutur
setiap hari. Selain itu memilih kata pun harus tepat
untuk menyatakan suatu maksud. Kata yang tepat akan membantu seseorang untuk
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun
tulisan, selain itu pemilihan kata pun harus sesuai dengan situasi dan tempat
penggunaan kata-kata itu.
1.2
Tujuan
Tujuan penulis menulis makalah ini
yakni untuk membantu menjelaskan kepada pembaca khususnya mahasiswa mengenai diksi dan ungkapan idiomatik. Dan tak hanya
itu, penulis menulis makalah ini dengan tujuan untuk menuntaskan tugas demi
meningkatkan nilai tugas pekuliahan bagi penulis.
BAB
2
ISI
2.1 Diksi
2.1.1 Pengertian Diksi
Diksi adalah ketepatan atau kesesuaian
pilihan kata pada suatu paragraf atau wacana. Dalam memilih kata
yang tepat untu menyatakan maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus
memberikan ketepatan kepada kita tentang pemakian kata-kata.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan
dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan.
Hal-hal yang perlu kita amati dalam diksi atau pemilihan
kata adalah :
1.
Kemampuan memilih kata
2.
Kemampuan membedakan secara
tepat kata-kata yang memiliki nuansaserumpun.
3.
Kemampuan untuk memilih
kata-kata yang tepat untuk situasi atau konteks tertentu
2.2 Fungsi dan Syarat Diksi
2.2.1 Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi
adalah sebagai berikut :
1. Melambangkan gagasan yang
diekspresikan secara verbal.
2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang
tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau
pembaca.
3. Menciptakan komunikasi yang baik dan
benar.
4. Menciptakan suasana yang tepat.
5. Mencegah perbedaan penafsiran.
6. Mencegah salah pemahaman.
7. Mengefektifkan pencapaian target
komunikasi.
2.2.2 Syarat dalam
Pemilihan Kata ( Diksi )
Syarat dalam ketetapan pemilihan
kata ( diksi ) antara lain :
1.
Makna Denotatif dan
Konotatif
Makna denotatif adalah makna yang sesuai
dengan apa adanya.sering juga makna denotative disebut makna konseptual, makna
yang bersifat umum. Contoh : makan artinya memasukan sesuatu kedalam mulut,
dikunyah, dan ditelan.
Makna konotatif
adalah makna kiasan atau bukan arti yang sebenarnya. Makna-makna konotatif
sifatnya lebih profesianal dan oprasional. Contoh : makan artinya untung atau
pukul.
Makna denotatif dan
makna konotatif selalu berhuungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa.
2.
Sinonim
Sinonim adalah dua
kata atau lebih yang asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya
berlainan. Kesinonimam kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Bentuk-bentuk kata
yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengkongkretkan sehingga kejelasan komunukasi akan
terwujud.
3.
Kata Konkret dan Abstrak
Kata konkret adalah kata-kata yang mudah
diserap oleh panca indra. Kata abstrak adalah kata-kata yang tidak mudah
diserap oleh panca indra.
Kata abstrak dapat
digunakan untuk mengungkapkan gagasan runit. Kata abstrak mampu membedakan
secara hakus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata
abstrak terlalu dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu akan
menjadi samar dan tidak cermat.
4. Kata
Umum dan Khusus
Kata umum adalah
kata yang acuannya lebih luas. Contoh : ikan. Kata khusus adalah kata yang
acuannya lebih khusu. Contoh : mujair. Kata umum disebut superordinat, kata
khusus disebut hiponim. Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan
dalam pengacuan yang generic ( umum ) dan spesifik ( khusus ).
5. Kata-Kata
yang Hampir Mirip Ejaannya
Kata yang hamper mirip
ejaannya, contoh : intensif dengan insentif
6. Kata
Hubung yang Berpasangan secara Tepat
Kata hubung yang
berpasangan secara tepat, contoh : antara…..dan.
2.3 Ungkapan Idiomatik
2.3.1 Pengertian Ungkapan Idiomatik
Idiom adalah sebuah
ungkapan yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan.
Ungkapan idiomatic
adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salh satu unsurnya tidak
dapat diganti atau dihilangkan.ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang
mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Ungkapan idiomatic
merupakan ungkapan yang terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat
diksi di dalam tulisan.
2.3.2 Ciri-Ciri Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatic
mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan
satuan bahasa
2. Memiliki
arti atau makna yang khusus atau khas
3. Unsure-unsurnya
tidak dapat diganti atau dihilangkan
4. Menyimpang
dari makna leksikal atau makna gramatikal
2.4 Majas
2.4.1 Pengertian
Majas
Majas dapat didefinisan sebagai cara
melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Namun
secara umum majas dapat pula diartikan sebagai gaya bahasa atau carayang
digunakan oleh penulis untuk menimbulkan efek tertentu pada pembaca.
2.4. Macam-Macam
Majas
Majas
dalam bahasa indonesia dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1.
Majas Perbandingan
Merupakan majas yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan
membandingkannya dengan sesuatu yang lain. Ada beberapa macam majas yang
termasuk dalam majas perbandingan, yaitu:
a.
Majas Personifikasi
yaitu majas yang digunakan untuk memperjelas maksud dengan menjadikan
benda-benda yang digambarkan dapat berlaku seperti manusia. Contoh: nyiur kelapa itu melambai-lambai bagaikan tangan
manusia
b.
Majas
Hiperbola yaitu majas
yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan. Contoh: suaranya membelah angkasa
c.
Majas
Asosiasi yaitu majas yang
membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang
dilukiskannya (memiliki persamaan sifat). Contoh: wajah mereka sangat mirip bagaikan pinang
dibelah dua
d.
Majas
Metafora, yaitu majas
yang melukiskan sesuatu dengan membandingkanya dengan sesuatu yang lain yang
sesuatu tersebut sudah diketahui benar baik wujud ataupun sifatnya oleh
pendengar/ pembacanya. Contoh: Kapan Saudara berjumpa dengan lintah darat itu?
e.
Majas
Litotes, yaitu majas
untuk mengemukakan sesuatu dengan merendahkan diri karena sesuatu atau hal yang
dinyatakan tidak sesuai keadaan sebenarnya. Contoh : Terimalah barang yang tak berharga ini
sebagai tanda mata.
f.
Majas
Metonimia, yaitu majas
untuk mengemukakan sesuatu dengan menggantikan dengan sifat, atau nama, atau
sesuatu yang merupakan ciri khas dari benda-benda tersebut.
g.
Majas
Eufemisme, yaitu majas
untuk mengemukakan pikiran atau perasaan dengan menggunakan kata-kata dengan
arti yang baik dengan maksud agar tidak menyinggung perasaan orang. Eufemisme
dapat pula berupa ungkapan-ungkapan penghalus untuk menggantikan
kata-kata yang dirasakan kurang sopan. Contoh: kemampuan Andi dalam memahami pelajaran agak
lambat
h.
Majas
Sinekdokhe, yaitu majas
untuk menyatakan sesuatu dengan menyebutkan bagian-bagianya saja, atau
sebaliknya. Sinekdokhe dibedakan menjadi dua, yaitu tutom pro parte (menyatakan
sebagian untuk keseluruhan) dan pars pro toto (menyebutkan keseluruhan tapi
yang dimaksudkan sebagian saja). Contoh: Perang Dunia II berakhir pada tahun 1942 (totum
pro parte) sudah lama saya tak melihat batang
hidungnya (pars pro toto)
2. Majas Pertentangan
Majas
pertentangan yaitu majas yang mengungkapkan sesuatu maksud tetapi dengan
pernyataan yang bertentangan. Majas yang termasuk dalam jenis majas
pertentangan yaitu:
a.
Majas
Paradoks, yaitu majas
yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak
karena objek yang dikemukakan berbeda. Contoh: Di tempat ramai begini, hatiku terasa sepi.
b.
Majas
Antithesis, yaitu
pengungkapan dengan kata-kata yang saling bertentangan. Contoh: Tua muda, besar kecil.
c.
Majas
Kontradiksi Interminis, yaitu gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang
bertentangan dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya. Contoh: Andi mengundang semua
temannya, kecuali Dono
3. Majs Sindiran
yaitu
majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir seseorang atau sesuatu.
Ada beberapa majas yang termasuk dalam jenis majas sindiran, yaitu:
a.
Majas
Ironi, yaitu suatu cara
menyindir dengan mengatakan hal yang sebaliknya. Contoh: manis benar minuman ini, gula mahal ya,
sekaranag?
b.
Majas
Sinisme, yaitu majas
yang menyatakan sindiran secara langsung. Contoh: perbuatanmu sungguh memalukan!
c.
Majas
Sarkasme, yaitu majas
yang berupa suatu ejekan atau sindiran dengan kata-kata yang kasar. Contoh: Dasar gelandangan
kerjaannya cuma minta-minta!
4. Majas Penegasan
Majas
penegasan yaitu majas atau pernyataan yang digunakan untuk mempertegas
pernyataan yang dinyatakan. Ada beberapa majas jenis ini, yaitu:
a.
Majas
Klimaks, yaitu majas
atau cara mengemukakan suatu ide atau keadaan dengan mengurutkan dari tingkat
yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Contoh: Jangankan satu orang, sepuluh orang, atau
pun 100 orang akan saya hadapi tanpa rasa takut asalkan saya benar.
b.
Majas
Antiklimaks, yaitu suatu
pernyataan yang disusun secara berurutan dari yang paling tinggi, makin
menurun, dan makin menurun sampai kepada yang paling rendah. Contoh : Jangankan seratus ribu, sepuluh
ribu, seribu, bahkan seratus rupiah pun aku tak sudi mengeluarkan uang untuk
membeli barang haram.
c.
Majas
Pleonasme, yaitu suatu cara
memperjelas maksud dengan cara menggunakan kata berlebih. Contoh : Kita harus dan wajib untuk
saling menghormati.
d.
Majas
Repetisi atau
pengulangan yaitu suatu cara memperkuat makna atau maksud dengan mengulang kata
atau bagian kalimat yang hendak diperkuat maksudnya tersebut. Contoh : Untuk mencapai cita-citamu itu,
satu hal yang harus kau ingat adalah belajar, belajar, dan sekali lagi belajar.
BAB 3
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Diksi
adalah ketepatan atau
kesesuaian pilihan kata pada suatu paragraf atau wacana.
Makna
denotatif adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.sering juga makna denotatif
disebut makna konseptual, makna yang bersifat umum.
Makna
konotatif adalah makna kiasan atau bukan arti yang sebenarnya. Makna-makna
konotatif sifatnya lebih profesianal dan oprasional.
Sinonim
adalah dua kata atau lebih yang asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi
bentuknya berlainan. Kesinonimam kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau
kemiripan.
Kata
konkret adalah kata-kata yang mudah diserap oleh panca indra.Kata abstrak
adalah kata-kata yang tidak mudah diserap oleh panca indra.
Kata
umum adalah kata yang acuannya lebih luas.Kata khusus adalah kata yang acuannya
lebih khusu.
Idiom
adalah sebuah ungkapan yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan.
Ungkapan
idiomatic adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat diganti atau dihilangkan.
Majas dapat didefinisan sebagai cara melukiskan sesuatu
dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain.
Majas
dalam bahasa indonesia dibagi menjadi empat jenis, yaitu: majas perbandingan,
majas pertentangan, majas sindiran, majas penegasan.
3.2
SARAN
Diksi merupakan
pilihan kata. Pilihan kata tersebut harus sesuai dan tepat. Ketepatan dan
kesesuaian kata tersebut sangat penting dalam suatu karya sastra agar pesan
yang disampaikan penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Jadi, diksi sangat
penting untuk dipelajari agar kita menjadi seorang Intelek yang profesional dan
mampu membuat karya sastra yang bagus.
Daftar
Pustaka
Arifin, Zaenal E. 2010. Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakrta. Akademika Persindo.
Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Di Peruruan Tinggi). : PT. Gramedia Widiasarana.
http://www. Geogle.com/pengertian
diksi dan idiomatik
http://www. Geogle.com/macam-macam majas dan contohnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar